Sunday, March 12, 2006

Singaporean Surprise

Satu lagi surprise di PIM 2.

Tepatnya di Southwalk, lt 3.
Tertarik dengan tulisan “Screw French Press, we got socks,” aku mampir mencoba coffee stall yang katanya sudah ada dari tahun 1944 di negaranya. Maklum, aku adalah pengguna french press yang setia di rumah.
Ya Kun Kaya Toast – dari Singapura.
Ini adalah salah satu kedai kopi yang sama sekali tidak menggunakan espresso machine yang mahalnya selangit, tapi tetap memberikan kenikmatan kopi tersendiri.
Aku memesan kopi susunya.
Buatnya lucu.

Kopi di taruh dalam saringan panjang seperti kaos kaki di dalam ceret stainless,
lalu di beri air panas.
Setelah itu, cangkir yang sudah di isi dengan susu kental manis dituangkan dengan kopi.
Rasanya? Salah satu kopi terbaik yang pernah aku minum.

Rasanya mirip dengan kopi Vietnam.
Pertama datang seperti black coffee, hitam.

Diaduk sedikit, baru warna kremnya muncul.
Benar-benar surprise. Kalau aku tidak melihat cara

pembuatannya, mungkin sudah protes, “kok di kasih yang black sih mas!” untungnya aku lebih sopan dari itu. =)

Ada minuman yang juga merupakan campuran teh, kopi dan susu. Buatnya ditarik-tarik, seperti teh tarik. Rame’ deh =) Apalagi ceret baristanya mempunyai leher panjang. Kayak di film-film budaya Cina dulu.
Setelah itu semua di campur. Kopi, teh, susu dan es.

Hasilnya mungkin bisa membuat Sting mengganti lirik: don’t drink coffee I take tea my dear =), saking surprisenya rasa.



Well Mister Sting, here’s your coffee - tea plus milk. ;P

Ada lagi?
Ada.

Toast nya itu enak banget.
Mejaku punya dua menu. Kaya toast (selai srikaya dan butter) dan sugar butter.
Roti ini canggih sekali rasanya.
Antara biskuit dengan roti toast.
Warnanya aja coklat menggoda.
Digigit crunchy, tapi gak se-crunchy bagelen, jadi masih lembut roti juga.
Trus mau yang buttersugar atau pun kaya toast, menurutku ini adalah toast yang terbaik yang pernah ku makan. =)

Sayangnya pas tanya bikin rotinya gimana, mas-masnya juga gak tau. Dia cuma bilang, dating dari suppliernya udah gini. Damn!!
Padahal ini roti enak banget, banget, banget.

Yahh..mungkin emang kalo aku lagi kepingin kaya toast ini emang harus ke sini. Belum di ijinin nyontek resep sih. Mungkin beberapa kunjungan lagi aku berhasil menggali lebih dalam.

Kedai ini memberiku inspirasi bahwa untuk membuka sebuah coffee stall yang menyediakan kopi yang enak, tidak melulu perlu mesin espresso La Marzocco atau pun La Cimbali yang mahal.
Cukup pengetahuan tentang memasak kopi yang baik. Dan tentunya, sedikit aksi tarik-menarik yang bisa menghibur konsumen.

Thursday, March 09, 2006

Chocolate Comfort


Waktu itu sore-sore sekitar jam 4.
Jakarta lagi bersinar cerah-cerahnya, bagus deh.
Langit biru, awannya bertekstur tebal.

Tapi kita kedinginan. Karena waktu itu lagi berada di PIM 2 yang AC nya delapan puluh biji sejengkal di atas kepala (ini jelas-jelas hiperbola ya)

Terus di jembatan SouthWalk lt 3, kita melihat suatu tempat yang sangat menggoda untuk disatroni.

Judul tempat itu adalah “Death by Chocolate


Mampir gak kamu kalo ngelihat tulisan kayak gitu?
Aku sih mampir.
Aku pesen minuman coklat panas hazelnut dan sandwich.
Istriku pesan Banana Split versi mereka.

Hot chocolatenya lumayan. Meski tidak sekental dan se-impresif La telier du Chocolate di bilangan Kemang.
Sandwichnya. Standar.
Tapi yang menjadi fokus kita di sini adalah si banana split ini.

Hebat.
Presentasinya bagus, bentuknya menghibur dan rasanya enak.
Pisangnya di balur dengan gula bening yang keras. Jadi waktu kita pakai garpu untuk memotong pisang, gula bening ini retak-retak seperti permukaan es tipis. Seru gak?
Menu ini juga pakai sesuatu seperti bubuk kopi untuk melapis es krim yang di bagian dasar yang juga ditemani dengan krim coklat.
Di atasnya ada vanilla ice cream, ditusuk dengan minty chocolate stick.
Ditabur serbuk gula, dan..coklat cair.
Wah..pokoknya kalau lagi bete atau lagi marah-marah dan lain sebagainya, dan butuh sesuatu untuk ‘benerin’ hari kamu. Tempat ini layak dicoba.

Kata orang, coklat bisa ngapusin semua kegalauan hati. Bener gak?

Buktiin aja.

Coffee Sumatera

Coffee Sumatera – Mandheling

Kira-kira sebulan lalu French press ku pecah.
Senangnya punya french Press baru.
Udah sebulan kalo gak salah aku terpaksa minum kopi dari drip machine.
Gak bisa complain sih rasanya, Cuma kayaknya kurang ‘seni’ nya aja.
Dan bikinnya gak bisa dikit2, minimal utk 4 cup lah.
Kalau aku hanya pengen minum satu, sisanya gimana? Ya terpaksa, diminum wastafel.
Sekarang dengan French Press ini, rasa bersalah membuang kopi menjadi minimal. Kecuali kalo gagal brewing nya.

Sebisa mungkin, aku selalu membeli kopi yang freshly grind.
Karena di rumah belum ada burr grinder, aku beli di toko dan minta di giling di sana.
Paling stok kopi di siapkan untuk satu minggu. Biar gak kelamaan di lemari dan kehilangan kesegarannya.
Salah satu yang lagi ku suka adalah Marka D’Oro yang kubeli di clubstore.
Salah satu varian yang disediakan adalah Sumatera – Mandheling.

Aku belum bisa cuap-cuap seperti ahli kopi yang bisa bilang bagaimana rasanya kopi ini, punya hints apa, tapi inilah review “bebas” ku tentang kopi ini yang aku buat pakai French press, di brew selama 4 menit; dan tanpa gula/creamer tentunya:

Aroma kopi Mandheling ini membuat aku membayangkan sebuah pastry yang manis.
Kalau sambil merem, yang aku lihat adalah roti coklat ber balurkan gula bening yang mengkilat. Nah aromanya kayak gitu. Bukan aroma roti ya. Tapi ada ‘kemiripan’ dengan pastry manis itu. Mungkin hints of cinnamon?

Acidity; sangat lembut di lidah, tidak terlalu keras keasamannya. Tapi ledakan rasanya dalam mulut tetap berkarakter kopi kuat. Kuat tapi tidak asam. Mungkin bahasanya medium bodied ya.

Aftertaste nya sih kurang. Abis ketelen ya udah gitu aja gitu…dikit rasa bekas kopinya.
Tapi aku gak keberatan. Abis emang aku minumnya banyak sih.

Sepertinya kopi sumatera mandheling ini akan menjadi salah satu favoritku untuk kopi sehabis makan siang.
Cukup ringan, tapi berasa. Tidak meninggalkan after taste yang lama. Jadi kalau makan lagi atau ngemil yang lain gak sayang. =)

Kalau ada comment mengenai kopi ini, silahkan lo, jangan malu-malu. Benerin aku kalau ada yang salah. ;)