
Sayang apabila dilewatkan,
gak nyangka di taruh di sebelahnya Leo Tolstoy's - Anna Karenina
hehehehe
lucu juga para pegawai di gramedia..
Hanya berisi pikiran-pikiran yang pasti akan mati diterpa zaman. Meski tergoda untuk menuliskannya sebagai 'immortal thoughts', kita tahu semua akan mati dan berakhir. Jadi jujur saja. Ini hanya tulisan yang akan mati nantinya.
Kalau kita lihat sepintas, kayaknya kok jorok ya. Tapi disini kita malah belajar yang namanya Adab.
Sebuah cerita tentang cinta dan pilihan. Cinta di waktu dan tempat yang keliru. Tetapi ada dunia lain, waktu dan tempat lain untuk membenarkan yang keliru.
Di dalam setiap cerita, pasti ada sesuatu yang ‘stole the show.’ Yang artinya, sesuatu yang menarik simpati dan membuat audiens membicarakannya padahal dia bukan tokoh utama. Sesuatu dengan karakter, sesuatu dengan letupan dan percikan api dahsyat. Yang dapat menghidupkan api imaginasi dan kreasi di hati. Itulah yang kudapat dalam Novel perdana Feby Indirani ini: Simfoni Bulan. Melalui karakter Visya.
Setiap hendak memulai cerita baru, atau menulis apa pun juga, selalu terbersit pikiran, mampukah aku melahirkan karakter seperti itu? Akh mungkin
Plot. Ditata sedemikian rupa sehingga aku bisa terbawa di dalamnya. Tentu, meski hanya perlu 3 jam aku menyelesaikannya. Tapi itu dosis yang tepat untuk terbuai didalamnya. Semua bermulai dari kalimat ini:
Siapa yang berani mengatakan menjadi pelacur itu mudah?
Kemarilah. Aku ingin sekali meludahinya. Sekarang. Saat ini juga. (Aku tersenyum ketika membaca ini. Mau jadi Ayu Utami?)
Ini adalah cerita tentang seorang wartawan, yang keluar dari tempat kerjanya untuk menyelesaikan novel. Namun ia kekurangan impuls kreatif, novelnya tak kunjung selesai tertulis.
Kemudian cerita terus mengalir, kembali ke kejadian sebelumnya, saat Bulan, sang tokoh utama, memutuskan untuk menjadi pelacur, demi sebuah proses penulisan novel dengan metode mengalami. Kemudian diceritakan juga bagaimana Bulan bertemu Visya, sang novelis fenomenal dengan 'sedikit aliran darah setan ditubuhnya'. (Istilah ini hanya rekaanku saja, merujuk ke sisi gelapnya karakter ini.) Disinilah terjadi point of no return, di mana Bulan ‘diajarkan’ untuk melakukan proses mengalami sehingga bisa menghasilkan tulisan yang bagus. Tidak berpura-pura jadi, tetapi benar-benar menjadi. (Nice one, Feb.)
Tengah-tengah buku, aku merasa Feby lebih baik dari Ayu Utami. Tapi itu adalah pandangan pribadiku. Orang boleh tidak setuju. Terus terang aku takut dengan kevulgaran kalimat-kalimat Ayu Utami, meski aku mengakui buku beliau adalah fenomenal, termasuk buku pertama yang membuatku melirik sastra
Tetapi aku menemukan dosis yang pas buatku di buku Feby. Dosis campuran antara kegelapan dan pencerahan. Tentang kehidupan para pelacur, kehidupan para penulis, perjalanan plot dari kegelapan Kramat Tunggak ke penyucian di
Tak usah terlalu berpikir, baca saja buku ini, biarkan dirimu terbawa dengan plot yang dirancang dengan bagus dan dibawakan oleh karakter-karakter yang kuat.
Dan ketemu aku di ujung
Simfoni Bulan;
Penulis: Feby Indirani;
Penerbit: Media Kita;
Editor: A.S Laksana
Tepatnya di Southwalk, lt 3.
Tertarik dengan tulisan “Screw French Press, we got socks,” aku mampir mencoba coffee stall yang katanya sudah ada dari tahun 1944 di negaranya. Maklum, aku adalah pengguna french press yang setia di rumah.
Ya Kun Kaya Toast – dari Singapura.
Ini adalah salah satu kedai kopi yang sama sekali tidak menggunakan espresso machine yang mahalnya selangit, tapi tetap memberikan kenikmatan kopi tersendiri.
Aku memesan kopi susunya.
Buatnya lucu.
Kopi di taruh dalam saringan panjang seperti kaos kaki di dalam ceret stainless,
lalu di beri air panas.
Setelah itu, cangkir yang sudah di isi dengan susu kental manis dituangkan dengan kopi.
Rasanya? Salah satu kopi terbaik yang pernah aku minum.
Rasanya mirip dengan kopi
Pertama datang seperti black coffee, hitam.
Diaduk sedikit, baru warna kremnya muncul.
Benar-benar surprise. Kalau aku tidak melihat cara
pembuatannya, mungkin sudah protes, “kok di kasih yang black sih mas!” untungnya aku lebih sopan dari itu. =)
Setelah itu semua di campur. Kopi, teh, susu dan es.
Hasilnya mungkin bisa membuat Sting mengganti lirik: don’t drink coffee I take tea my dear =), saking surprisenya rasa.
Well Mister Sting, here’s your coffee - tea plus milk. ;P
Toast nya itu enak banget.
Mejaku punya dua menu. Kaya toast (selai srikaya dan butter) dan sugar butter.
Roti ini canggih sekali rasanya.
Antara biskuit dengan roti toast.
Warnanya aja coklat menggoda.
Digigit crunchy, tapi gak se-crunchy bagelen, jadi masih lembut roti juga.
Trus mau yang buttersugar atau pun kaya toast, menurutku ini adalah toast yang terbaik yang pernah ku makan. =)
Sayangnya pas tanya bikin rotinya gimana, mas-masnya juga gak tau. Dia cuma bilang, dating dari suppliernya udah gini. Damn!!
Padahal ini roti enak banget, banget, banget.
Kedai ini memberiku inspirasi bahwa untuk membuka sebuah coffee stall yang menyediakan kopi yang enak, tidak melulu perlu mesin espresso La Marzocco atau pun La Cimbali yang mahal.
Cukup pengetahuan tentang memasak kopi yang baik. Dan tentunya, sedikit aksi tarik-menarik yang bisa menghibur konsumen.
Tapi kita kedinginan. Karena waktu itu lagi berada di PIM 2 yang AC nya delapan puluh biji sejengkal di atas kepala (ini jelas-jelas hiperbola ya)
Terus di jembatan SouthWalk lt 3, kita melihat suatu tempat yang sangat menggoda untuk disatroni.
Mampir gak kamu kalo ngelihat tulisan kayak gitu?
Aku sih mampir.
Aku pesen minuman coklat panas hazelnut dan sandwich.
Istriku pesan Banana Split versi mereka.
Hot chocolatenya lumayan. Meski tidak sekental dan se-impresif La telier du Chocolate di bilangan Kemang.
Sandwichnya. Standar.
Tapi yang menjadi fokus kita di sini adalah si banana split ini.
Presentasinya bagus, bentuknya menghibur dan rasanya enak.
Pisangnya di balur dengan gula bening yang keras. Jadi waktu kita pakai garpu untuk memotong pisang, gula bening ini retak-retak seperti permukaan es tipis. Seru gak?
Menu ini juga pakai sesuatu seperti bubuk kopi untuk melapis es krim yang di bagian dasar yang juga ditemani dengan krim coklat.
Di atasnya ada vanilla ice cream, ditusuk dengan minty chocolate stick.
Ditabur serbuk gula, dan..coklat cair.
Wah..pokoknya kalau lagi bete atau lagi marah-marah dan lain sebagainya, dan butuh sesuatu untuk ‘benerin’ hari kamu. Tempat ini layak dicoba.
Buktiin aja.